salamatulinsan fi hifdzil postingan, anti hoax, millenial anti hoax, say no to hoax Merekaharus menyadari bahwa keselamatan orang berada dalam kemampuannya menjaga lisan (salamatul insan fi hifdzil lisan). Dan lisan adalah modal utama pendakwah dalam menyebarkan kebenaran yang sinergis dengan keramahan dan keharmonisan. Kolom terkait: Kaleidoskop 2017: Tahun Keprihatinan Beragama Salamatulinsan fi hifdzil lisan. 0 /5000 Dari:-Ke:-Hasil (Arab) 1: Disalin! سالاماتول هيفدزيل وأي فأي إنسان عن طريق الفم. Sedang diterjemahkan, harap tunggu.. Hasil (Arab) 2: Disalin! فاي انسان Salamatul Hifdzil عن طريق الفم. Sedang diterjemahkan, harap tunggu.. Bacanya= Salamatul insan fie hifdzil lisan Artinya = Keselamatan manusia itu terdapat dalam penjagaan lidahnya (perkataannya) Huruf Arabnya = آداب المرء خير من ذهبه Bacanya = Adaabul mar'i khoirun min dzahabihi Artinya = Adab seseorang itu lebih baik (lebih berharga) daripada emasnya (kekayaannya) tegalSlamete raimu kabeh kuwe tergantung cocotmu dewek#jawaSelamete menungsa kuwe tergantung cangkeme#indonesiaSelamatnya seseorang itu tergantung dari omon Vay Nhanh Fast Money. Oleh Muhbib Abdul Wahab Salah satu nikmat Allah SWT yang sangat berarti bagi interaksi sosial adalah lisan. Dengan lisan manusia berbahasa, berdialog, dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan lisan pula Rasul SAW menyampaikan pesan-pesan Ilahi kepada umatnya. Hanya saja, tidak semua lisan termenej dengan baik. Kadang lisan digunakan untuk kebaikan. Tidak jarang pula lisan digunakan untuk memproduksi kata-kata kotor, fitnah, caci maki, teror, dan sebagainya. Padahal, menurut sebuah pepatah “Mulutmu adalah harimaumu”. Karena itu, manajemen lisan menjadi sangat penting. Sebuah pepatah Arab menyatakan “Salamatul insan fi hifzhil lisan” Keselamatan manusia itu sangat tergantung pada pemeliharaan lisan.Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Turmudzi, Nabi SAW pernah duduk bersama 'Aisyah RA. Tiba-tiba Sofiah Binti Huyai, istri beliau, datang menemui keduanya. 'Aisyah terlihat agak cemburu, dan berkata kepada beliau "Cukuplah dia Sofiah yang pendek itu untukmu!" Nabi langsung menegur keras 'Aisyah "Engkau sungguh telah mengeluarkan kata-kata yang jika dicampurkan dengan air laut, niscaya airnya menjadi sangat keruh!".Teguran Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa siapapun, termasuk istri beliau sendiri, harus berhati-hati dalam menggunakan lisannya. Jika tidak, maka lidah yang tidak bertulang itu dapat menimbulkan bencana. Sebuah syair Arab menyatakan "Jagalah lisanmu jika engkau berbicara, sebab lisan dapat membawa bencana. Ketahuilah bahwa bencana itu sangat bergantung pada lisannya." Karena itu, Nabi SAW bersabda "Tidak akan lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati seorang hamba sebelum lurus benar lisannya." HR Ahmad.Menjaga dan memanej lidah sangat penting bagi setiap Muslim. Indikator keberislaman seseorang, antara lain, terletak pada kemampuannya menjaga lidah untuk tidak digunakan untuk berkata kotor, menyakiti hati orang lain, memfitnah, memprovokasi, mengadu domba, dan sebagainya. "Yang disebut Muslim adalah orang yang lisan dan perbuatan tangannya membuat orang lain aman dan selamat." HR Muslim. Karena itu, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam." HR Al-Bukhari dan MuslimSetidaknya ada lima cara mudah untuk memanej lisan agar apa yang diucapkan itu tidak sia-sia. Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kedua, carilah waktu, kata-kata dan situasi yang tepat untuk berbicara. Artinya berbicaralah sesuai dengan keperluan. Karena itu, jangan terlalu banyak berbicara, sebab "Sebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif tepat sasaran, bermakna HR At-Tabarani.Ketiga, iringi setiap perkataan dengan dzikir kepada Allah agar tidak berlebihan dalam berbicara. "Janganlah engkau banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah, sebab banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah dapat mengeraskan hati. Sementara, orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras." HR At-Turmudzi.Keempat, jangan suka mengobral janji ketika berbicara, karena berjanji itu lebih mudah terutama bagi yang sedang berkampanye daripada menepatinya. Jika perkataan seseorang tidak lagi dapat dibuktikan dengan perbuatannya, maka terjadilah krisis kepercayaan dan menyebabkan kemurkaan Allah. "Hai orang-orang beriman, mengapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." QS Ash-Shaff [61] 2-3.Kelima, jauhi ghibah membicarakan aib orang lain dan perkataan tidak terpuji karena hal ini dapat mengundang keterlibatan setan untuk membumbui dan memprovokasi. Karena itu, carilah mitra bicara yang tidak suka melakukan ghibah. Menjauhi ghibah merupakan pangkal keselamatan. 'Uqbah Bin 'Amir pernah bertanya kepada Nabi SAW "Apa itu keselamatan?" Nabi menjawab "Kendalikan lisanmu, berusahalah untuk kebutuhan rumah tanggamu, dan tangisilah kesalahanmu." HR At-Turmudzi.Jadi, memanej lisan untuk kebaikan dan kemasalahatan diri sendiri dan orang lain merupakan kunci keberhasilan dan keselamatan kita semua. Karenanya, kita harus mensyukuri nikmat lisan ini hanya untuk kebaikan, bukan untuk menebar fitnah, kebencian, dan kemaksiatan. menjadi orang besar dan terpandang bukan di tentukan oleh jabatan dan seberapa banyak harta yang di miliki tapi lebih kepada bagaimana orang itu bisa lebih menghargai orang yang lebih rendah di bawahnya dan membantu mereka. hidup itu seperti roda,berputar silih berganti,banyak hal dari orang lain yang kadang kita tidak mengerti jangan pernah memandang orang dari sisi luar saja/fisik,cobalah untuk belajar menghargai orang lain jika memang ingin di hargai oleh orang lain. Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan Salat é o nome que se dá às cinco orações diárias, obrigatórias, que são um elo direto entre o criador e as criaturas. Não é condição para o salat que haja uma autoridade hierárquica, como um padre por exemplo. As orações coletivas podem ser guiadas por uma pessoa que conheça o Alcorão e escolhida pela comunidade. O muçulmano também pode realizar sozinho suas orações diárias no intimo de sua privacidade. Estas orações têm versículos do Alcorão que são recitadas em árabe, mas as suplicas pessoais que se fazem ao fim das orações ou na intenção dela podem ser feitas na língua de cada um. As orações são precedidas de uma intenção onde o muçulmano intenciona rezar por este ou aquele motivo e ele pronuncia isso em voz baixa. Depois vem a ablução ou wudu, que consiste em lavar e purificar partes do corpo e se preparar para a oração. Leia também Ashura, o martírio do imã HussainEid al-Adha, a festa do sacrifício Em lugares onde não há agua, se usa o Tayamum ou a ablução seca, feita com areia ou batendo as mãos em uma parede. Mas há algumas coisas que invalidam a ablução caso a pessoa precise ir ao banheiro para urinar ou defecar, ou gases, ou caso ela vomite, ou desmaie, ou durma antes de rezar, a ablução deve ser feita novamente. As mulheres, quando menstruam, estão dispensadas de fazer a oração. A ablução é feita com agua pura e há condições para seu uso a água deve ser lícita e não pode ser contaminada, usurpada ou roubada, por exemplo. Também não se pode usar maquiagem ou esmalte durante o salat, pois isso invalida a purificação. As mulheres devem rezar em um lugar no andar de cima da mesquita, que é destinado a elas, ou um metro atrás dos homens. Isso porque elas devem se prostrar sem constrangimentos de que alguém as observe, garantindo liberdade a elas, que devem estar cobertas dos pés à cabeça, com o hijab, deixando a mostra apenas o rosto e as mãos. As cinco orações são praticadas nos seguintes tempos Alvorada salat Fajr Meio-dia, depois do ponto máximo do sol salat Zhur No meio da tarde salat Asr Pôr do sol salat Magreb Noite salat Isha A prática também consiste em um ciclo de posições em pé, curvado, de joelhos, prostrado e sentado. As posições se chamam hakats e sukuts ou genuflexões e prostrações. O número de hakats e sukuts varia conforme o horário das orações obrigatórias. Fajr – duas genuflexões Zuhur – quatro Asr – quatro Magreb – três Isha – quatro Além das orações obrigatórias, também se pode fazer orações ou salats quando o devoto sentir necessidade. Caso ele perca o horário das obrigatórias, deve repô-las depois. Também por necessidade, caso não tenha tempo de fazer o salat Magreb, o muçulmano poderá algumas vezes unir o salat Magreb, do pôr do sol e logo em seguida fazer o salat noturno para facilitar assim a vida e cumprir com as orações. A oração coletiva, das sextas-feiras ou o salat Jumuat, é obrigatória para os homens e facultativa para as mulheres e é realizada na mesquita com a comunidade islâmica a partir do horário do zuhr. O líder religioso da mesquita profere um discurso ou kutub sermão que toca em pontos relativos aos problemas e ansiedades da comunidade islâmica. Antigamente, a direção em que os muçulmanos voltavam suas frontes para rezar era Jerusalém, mas durante a vida do Profeta foi mudada para Meca. A figura do muazin É a pessoa encarregada de chamar em voz alta, de cima dos minaretes torre da mesquita ou então dentro da mesquita, para congregar os muçulmanos as orações. Nos países islâmicos, a voz dos muazin ecoa pelas cidades chamando os muçulmanos a adoração a Alá. O primeiro muazin foi Bilal. O chamado diz Alá é o maior, Alá é o maior Testemunho que não há divindade além de Alá 2 vezes Testemunho que Mohammad é mensageiro de Alá 2 vezes Vinde para a oração 2 vezes Vinde para a Salvação 2 vezes Alá é o maior, Alá é o maior Não há divindade em de Alá Também há salats especiais para ocasiões onde há fenômenos naturais, como um eclipse, ou terremoto, por exemplo, onde o sheik faz uma oração especial pela comunidade. Além da mesquita, o muçulmano pode rezar em qualquer lugar possível quando atingir o horário de suas orações. Pode rezar na rua, no escritório, no campo, em casa, na fábrica, na universidade. Os muçulmanos rezam em qualquer lugar que esteja limpo e que se possa realizar suas orações. Em geral observa-se a direção de Meca com uma bússola ou observação do sol e se estende um tapete. Os xiitas usam uma pedra de argila de karballah ou madeira para repousar a fronte. Há também uma infinidade de súplicas que os fiéis fazem voluntariamente para pedir a ajuda divina em seus problemas cotidianos. Uma das mais tocantes é a súplica do Kumail do imã Ali, que é feita às quintas-feiras entre a comunidade. A oração traz tranquilidade e força espiritual aos corações contemplados na lembrança de Alá. Assalamu'alaikum Dalam kitab Nashoihul Ibad bab 1 makalah ke 15 diterangkan bahwa Abu Bakar Ash Siddiq Radhiallohuanhu menjelaskan tentang firman Allah SWT tentang …“Dzoharol fasada fil barri wal bahri…” Kerusakan di daratan dan dilautan… Beliau berkata dalam tafsirannya ayat tersebut, al – Birru daratan yaitu lisan dan al – bahri lautan adalah hati. Maka apabila telah rusak lisan misal karena sebuah penyebab…”bakat alaihi nufusu” maka menangislah manusia yaitu segala anggota badan bani adam manusia dan apabila hatinya rusak misalkan karena riya… “bakat alaihil malaikat” menangislah para malaikat… Diterangkan oleh ahli hikmah sesungguhnya lisan itu adalah sebuah pengingat bagi seorang hamba…sehingga seseorang tidak akan berbicara kecuali dalam hal perkataan yang di pahami dan baik… Diterangkan pula bahwa sesungguhnya lisan itu berkata dengan setiap bahasa sehingga lisan itu berdzikir lil madzkur…yaitu berdzikir kepada Allah SWT. Begitu pula dengan hati… Hati dinisbahkan dengan al-Bahri lautan karena dalamnya hati serta luasnya hati bagaikan sebuah samudera yang begitu luas dan dalam. Ikhwan akhwat…. “salamatul insan fi hifdzil lisan” selamatnya manusia tergantung dari lisannya… Lisan adalah sebuah daging yang lunak tidak bertulang…tetapi tajam bagaikan pedang… Dalam kitab minhutasiah diterangkan rosulullah SAW memberi nasihat kepada Ali, yaa ali maa yakhluqullahu afdholu minal lisan… ila akhiri. “kenapa Allah menciptkan keutamaan pada lisan, dengan lisan manusia bisa masuk syurga dan dengan lisan pula bisa masuk neraka..naudzubillah…begitu dahsyat nya lisan… Ikhwan akhwat fillah. Begitupun dengan hati…hati adalah raja…jagalah hati kita jangan sampai penyakit-penyakit hati masuk kedalam hati kita seperti ujub, riya, takabur, angkuh, sombong, dengki, hasud, dll. Sebab jika hati kita telah terasuki berbagai penyakit maka diri kita pun akan rusak pula, jauh dari rahmat Allah SWT. Ayyuhal ikhwah…mari kita jaga lisan kita dan hati kita sebaik-baiknya dengan selalu berdzikir dan taqorub mendekatkan diri kepada Allah SWT….semoga Allah SWT. Memberi kita kekuatan dan lindungannya kepada kita…. Amiin.. Wallohua’lam…. Wassalam 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Oa-FSV2o4AH2S7co8UpE550Ha96YjmRHEblnDRMawEOMsAhtsU1Inw==

salamatul insan fi hifdzil lisan